JAKARTA — Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah yang dinilainya semakin menekan industri hasil tembakau. Ia menegaskan, nasib jutaan pekerja dan petani tembakau tidak boleh dikorbankan atas nama regulasi anti-rokok yang tidak berpihak pada rakyat kecil.
“Saya hadir ingin memastikan bisnis atau pekerjaan rakyat saya masih bisa bertahan,” ujar Rio dalam sebuah forum diskusi di Jakarta, Senin (3/11/2025).
Industri Tembakau Ditekan, Tapi Sumbang Rp218 Triliun
Situbondo tercatat sebagai penghasil tembakau terbesar ketiga di Jawa Timur, dengan produksi mencapai 12 ribu ton per tahun. Menurut Rio, kontribusi industri tembakau terhadap penerimaan negara jauh lebih besar dibandingkan banyak BUMN.
“Rp218 triliun penerimaan negara dari tembakau itu dicapai dalam kondisi bisnisnya ditekan. Bandingkan dengan seluruh BUMN digabung, hanya menyetorkan Rp86 triliun,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti kontradiksi kebijakan dalam pengelolaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
“Dana itu digunakan untuk pembangunan sekolah, jalan, puskesmas — tapi di sisi lain juga untuk kampanye anti-merokok. Ini yang tidak masuk akal,” tegas Rio.
Sumber Penghidupan Jutaan Pekerja
Rio menilai industri hasil tembakau masih menjadi penopang ekonomi jutaan keluarga di Indonesia, termasuk ribuan warga Situbondo yang bekerja sebagai petani dan buruh tani.
“Ada sekitar enam juta pekerja yang bergantung pada industri ini. Kalau dikalikan dengan keluarga mereka, jumlahnya bisa puluhan juta orang,” ujarnya.
Bagi Rio, kebijakan pembatasan yang terlalu keras justru mengancam lapangan kerja masyarakat desa. “Mereka ini bukan pengusaha besar, tapi rakyat kecil yang menggantungkan hidup dari tembakau,” katanya.
Aspek Kultural: Selama Kiai Saya Merokok, Saya Juga Merokok
Selain alasan ekonomi, Rio menilai ada dimensi kultural yang tak bisa diabaikan dalam pembahasan soal rokok.
“Kami orang Madura, kami Nahdliyin. Selama kiai saya merokok, saya akan merokok. Ini bukan sekadar kebiasaan, tapi bagian dari budaya,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Ia menilai pembatasan konsumsi rokok tidak serta-merta menurunkan jumlah perokok.
“Emang setelah ada pembatasan orang berhenti merokok? Tidak. Justru semakin banyak,” ujarnya.
Seruan untuk Pemerintah
Rio menyerukan agar pemerintah bersikap tegas dan berpihak pada keberlangsungan industri hasil tembakau.
“Dukung industri rokok selama bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jangan setengah hati,” tegasnya.[]